Archive | cerpen RSS for this section

Berkhayal… [1]

Sedang ingin berkhayal niy… tapi bentar dan dikit ajah… klo kebanyakan dan kelamaan jadi dosa ntar :p

S
berkhayal bersandar dibawah pohon jambu,,,
sambil memandang langit yang biru…
lepas semua penat dikepala..
sambil ngemil jambu air merah yang manis dan segar terasa disiang hari…


S
lupakan semua hutang yang pernah terjadi…
lupakan semua beban kerjaan ke dirjen anggaran…
lupakan juga komen untuk dokumen si jepang yang tiap minggu minimal 2x kirim imel…
enaknya diterpa semilir angin,,,

S
kemudian didatangi oleh seorang bidadari yang menemani dan bersandar dipundak…
bercerita tentang hari2 yg dilalui dengan penuh cinta dan canda 🙂
hahaha hihihi wkwkwk
selingan tawa selalu mengiringi disetiap cerita 🙂

S
dan…

S
sudah dulu dah cukup berkhayalnya… ayo kembali kedunia nyata :p
S

Kisah tentang wanita buta, tuli dan bisu… – part 2

Sebelumnya adalah perkenal mengenai bukunya yaitu The Story of My Life, sekarang mengenai bagaimana ia belajar berbicara padahal dia buta, dia tuli dan dia ingin berbicara… maka dengan metode yang sekarang dikenal dengan nama tadoma ia mulai untuk berbicara. Bersyukurlah kita yang normal karena dengan melihat dan mendengar maka akan mudahnya kita untuk berbicara. Berikut adalah petikan dari buku The Story of My Life hal. 111

Pada tahun 1890 Nyonya Lamson-salah seorang guru Laura Bridgman yang baru saja kembali dari suatu kunjungan ke Norwegia dan Swedia- datang mengunjungiku dan bercerita tentang Ragnhild Kata, gadis buta dan tuli di Norwegia yang berhasil diajari berbicara. Nyonya Lamson belum selesai bercerita tentang keberhasilan gadis itu. Tetapi semangatku sudah berkobar. Aku memutuskan untuk belajar bicara. Aku terus merajuk hingga guruku membawaku ke Nona Sarah Fuller, kepala sekolah di Horace Mann School untuk meminta saran dan bantuannya. Betapa bahagianya aku, perempuan berhati mulia itu menawarkan diri untuk mengajariku, dan kami memulainya pada tanggal 26 Maret 1890.

Berikut metode yang dipakai Nona Fuller: ia merabakan tanganku ke mukanya, dan membiarkanku merasakan posisi lidah dan bibirnya saat ia mengeluarkan suara. Aku bersemangat menirukan setiap gerakannya. Dalam satu jam saja aku sudah bisa mempelajari enam elemen bicara: M, P, A, S, T, I. Seluruhnya, Nona Fuller memberiku sebelas pelajaran. Aku tak akan lupa dengan keterkejutan dan kebahagiaan yang kurasakan saat aku mengucapkan satu kalimat lengkap untuk pertama kalinya: It is warm (Ini hangat). Memang, aku mengucapkannya dengan terbata-bata. Tapi itu bahasa manusia. Sadar akan kekuatan baru, jiwaku seolah bangkit lagi dan menggapai semua pengetahuan dan keyakinan melalui lambang bahasa terbata-bata ini.

Masih banyak yg ingin aku bagi setelah membaca beberapa bab dari buku tersebut, namun akan aku tulis dikemudian hari jika panjang umur…

Lanjutan cerita sebelumnya, klo belum membaca silahkan kesini.
“Sepertinya elu ada perasaan ya? sama si itu” Canda Toni
“si itu? siapa maksud mu?” jawab Roron
“itu  si Ririn, yang rumahnya deket rumahmu di rt 10”, “oh yang itu, memang sih, tapi gimana yah gua malu ma dia”
“menurut gua sih, elu kan udah PDKT! jadi langsung aja tembak,”I Love You””
“kayaknya sih gampang, tapi gimana gitu”

Lalu perbincangan mereka berhenti saat Ririn datang menghampiri Roron. Ririn dengan lembut menyapa Roron lalu Roron pun membalas, dalam hati Roron berkata bahwa inilah saat yang tepat, namun mulutnya tak mampu ia gerakkan.
Saat waktu istirahat tiba Roron melihat Ririn duduk sendirian di kantin, lalu terjadilah hal-hal yang seperti kilat dan gemuruhnya.


“Hai Rin, bisa kita bicara sebentar?”
“ya, silahkan duduk. Ada apa Ron?”
“Rin…” Hati Roron berdegup dengan kencangnya.. aliran darahnya mengalir dengan cepatnya..
“Hah.. kamu bicara apa sih?” tanya Ririn heran dengan tingkah Roron yang beda dengan biasanya.
“Rin… sebenarnya, sebener-benernya apa yang akan gua ucapkan”
“Apaan sih, kok kayaknya serius amat”
“Begini Rin, I Love You, mau kah kau menerima ku sebagai pacarmu?”
“Hah..Apa..?” Ririn kaget mendengar ucapannya.

Kemudian tiba-tiba saja ia berlari meninggalkan Roron di kantin tanpa kata-kata apapun. Dan dalam hati Roron terbesik sebuah pertanyaan besar apa yang sebenarnya telah dilakukannya? Disaat sedang merenung lalu bel masuk berbunyi. Dengan banyak beban ia melangkahkan kakinya ke kelas. Lalu saat ia melewati kelas Ririn, mencoba menatapnya namun terhalang oleh teman-teman yang mengerumuninya.
Pelajaran demi pelajaran hanya sebuah selingan tanpa ada makna yang mampu diterima oleh Roron. Ia benar-benar tidak konsentrasi dengan belajarnya.

Saat mentari sudah semakin tinggi, awan-awan berarak pergi. Panasnya pun sangat terasa. Lalu saat belajar usai, disaat ia sampai di gerbang sekolah ia kaget saat tangannya tiba-tiba digenggam dengan erat oleh seseorang lalu terbesik…
“Iya, gua mau jadi pacarlu” dengan suara lirih
“Ririn…! Benarkah? Aku pikir tadi” Gembira sekali Roron mendengarnya.
“Tapi, elu musti setia lho” dengan senyuman ia menatap wajah Roron.

Lalu mereka berdua pulang kerumah bersama, dan terpisaholeh sebuah gang kecil, gang kancil.
Kisah terus berjalan seiring dengan berjalannya waktu, walaupun ada masalah tapi dapat mereka selesaikan dengan kepala dingin mereka.
Waktu berjalan dengan cepat, serasa baru saja memulai sebuah hidup baru. Setelah Roron cukup lama berduaan dengan Ririn, ia juga punya kenalan baru. Seorang yang tidak dapat disangka akan merubah sedikit pola hidup seorang Roron. Ia yang semula jarang shalat, tidak bisa mengaji, tidak mengetahui bagaimana luasnya Islam dan Al-Quran. Sekarang berputar 180 derajat. Ia menjadi seorang anak SMA yang lebih alim, cerdas dan tidak berpikiran sempit tentang arti sebuah hidup. Ari seorang teman yang tertutup bisingnya kota.
“Sepertinya elu ada perasaan ya? sama si itu” Canda Toni “si itu? siapa maksud mu?” jawab Roron “itu  si Ririn, yang rumahnya deket rumahmu di rt 10”, “oh yang itu, memang sih, tapi gimana yah gua malu ma dia” “menurut gua sih, elu kan udah PDKT! jadi langsung aja tembak,”I Love You”” “kayaknya sih gampang, tapi gimana gitu” Lalu perbincangan mereka berhenti saat Ririn datang menghampiri Roron. Ririn dengan lembut menyapa Roron lalu Roron pun membalas, dalam hati Roron berkata bahwa inilah saat yang tepat, namun mulutnya tak mampu ia gerakkan. Saat waktu istirahat tiba Roron melihat Ririn duduk sendirian di kantin, lalu terjadilah hal-hal yang seperti kilat dan gemuruhnya. “Hai Rin, bisa kita bicara sebentar?” “ya, silahkan duduk. Ada apa Ron?” “Rin…” Hati Roron berdegup dengan kencangnya.. aliran darahnya mengalir dengan cepatnya.. “Hah.. kamu bicara apa sih?” tanya Ririn heran dengan tingkah Roron yang beda dengan biasanya. “Rin… sebenarnya, sebener-benernya apa yang akan gua ucapkan” “Apaan sih, kok kayaknya serius amat” “Begini Rin, I Love You, mau kah kau menerima ku sebagai pacarmu?” “Hah..Apa..?” Ririn kaget mendengar ucapannya. Kemudian tiba-tiba saja ia berlari meninggalkan Roron di kantin tanpa kata-kata apapun. Dan dalam hati Roron terbesik sebuah pertanyaan besar apa yang sebenarnya telah dilakukannya? Disaat sedang merenung lalu bel masuk berbunyi. Dengan banyak beban ia melangkahkan kakinya ke kelas. Lalu saat ia melewati kelas Ririn, mencoba menatapnya namun terhalang oleh teman-teman yang mengerumuninya. Pelajaran demi pelajaran hanya sebuah selingan tanpa ada makna yang mampu diterima oleh Roron. Ia benar-benar tidak konsentrasi dengan belajarnya. Saat mentari sudah semakin tinggi, awan-awan berarak pergi. Panasnya pun sangat terasa. Lalu saat belajar usai, disaat ia sampai di gerbang sekolah ia kaget saat tangannya tiba-tiba digenggam dengan erat oleh seseorang lalu terbesik… “Iya, gua mau jadi pacarlu” dengan suara lirih “Ririn…! Benarkah? Aku pikir tadi” Gembira sekali Roron mendengarnya. “Tapi, elu musti setia lho” dengan senyuman ia menatap wajah Roron. Lalu mereka berdua pulang kerumah bersama, dan terpisaholeh sebuah gang kecil, gang kancil. Kisah terus berjalan seiring dengan berjalannya waktu, walaupun ada masalah tapi dapat mereka selesaikan dengan kepala dingin mereka. Waktu berjalan dengan cepat, serasa baru saja memulai sebuah hidup baru. Setelah Roron cukup lama berduaan dengan Ririn, ia juga punya kenalan baru. Seorang yang tidak dapat disangka akan merubah sedikit pola hidup seorang Roron. Ia yang semula jarang shalat, tidak bisa mengaji, tidak mengetahui bagaimana luasnya Islam dan Al-Quran. Sekarang berputar 180 derajat. Ia menjadi seorang anak SMA yang lebih alim, cerdas dan tidak berpikiran sempit tentang arti sebuah hidup. Ari seorang teman yang tertutup bisingnya kota.

3 Sahabat – eps 01

Bagaimana ya memulai ini… sebenarnya ini adalah cerpen sewaktu masa-masa SMA dulu… karena dirumah sedang ada pembersihan, maka buku-buku zaman SMA yang udah ga penting.. terpaksa harus get-out dari lemari buku… diganti ma buku-buku yang lebih berkualitas.  Aahahahaha kemudian tanpa sengaja pas ngelempar buku kusam ga beraturan ada yang terbuka lembarannya..*mulai lebay* seakan-akan buku itu berkata..selamatkan aku noor…tolong aku… jangan kau sia-sia kan aku seperti ini… hiks..hiks.. mata ku pun berlinang… ku ambil buku itu… tepat pada lembaran yang terbuka, aku baca isinya…ternyata cerpen sewaktu aku kelas satu di SMA dulu. Masih sangat jelas ingatanku bagaimana aku mengarang cerpen itu.. sore hari… ditemani teh hangat dan hujan deras di meja belajar didepan jendela kamar…
Hal ini membuat aku merasa ingin mengabadikan isi cerpen tersebut kedalam blog… maka kutunda buku ini untuk ku buang… disela-sela waktu luang.. aku tulis ulang  cerpen lama ini. Saat ku mulai mengetik, baru sadar kosakata yang aku gunakan dahulu ternyata emang jadul n ga beraturan banget *persis ma muka aku* sehingga sadar klo pantesan cuma dapet nilai 8.. peringkat ke 6 sekelas…xixixixi Ok, dari pada banyak basa-basi.. berikut cerpen buatanku itu.. oia, terpaksa aku buat dalam beberapa chapter.. karena keterbatasan waktu mengetik sih… selamat menikmati… cerpen jadul ku dulu…kasih nilai juga boleh…
cerita bermula…
Muncul dari balik pintu angkot, seseorang lelaki polos berkulit sawo matang, rambut disisir kekanan sampai alis dengan jam tangan seiko palsu ditangan kirinya.
Perlahan ia melangkahkan kakinya memasuki gerbang sekolah. Hari ini adalah untuk pertama kalinya ia belajat di SMU setelah selama satu minggu ia mengikuti MOS di sekolahnya. Lalu tiba-tiba,
    “Hai Ron, tampang loe kusut amat!”
    “Ah, masak sih? Perasaan biasa aja”
Bertemulah Roron dengan Toni, teman semasa MOS-nya. Dan akhirnya mereka pun bertemu dengan teman-teman lainnya sewaktu MOS. Dengan canda-canda ringan mereka memasuki kelas 1-7, kelas baru mereka. Teng-tong… teng-tong… teng-tong… jam pelajaran pertama dimulai, dan tugas pertama Roron sebagai Ketua Murid (KM) pun dimulai. Ia harus memanggil guru pelajara pertama.
Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam berlalu sesuai dengan apa yang diharapkan murid, tak terasa bel tanda pulang berbunyi. Roron dan Toni berjalan bersama keluar dari kelas. Terlihat samar-samar sepertinya mereka akan menjadi sahabat sejati, kayak dilagu Sheila on 7….

Menjelang pagi tiba, disaat embun-embun masih bergelantungan didedaunan dan rumput yang menunduk karena beratnya, disaat kabut tipis masih menyelimuti bumi, dimana hanya tinggal beberapa lampu jalan menerangi, Roron berlari dengan bertelanjang kaki dibawah sinar langit. Terlihat bayang-bayang sesosok manusia yang sedangduduk diteras rumah, ternyata ia adalah seorang gadis ABG yng sedang membaca sebuah buku dengan pakaian SMA, lalu terperanjak dalam ingatannya bahwa ia harus sekolah saat itu.
Hari itu sepertinya akan menjadi hari-harinya yang sangat melelahkan.
Ia akhirnya tiba disekolah dengan terengah-engah, tapi untunglah belum terlambat. Seperti biasa ia harus mengontrol petugas piket kelas terlebih dahulu, baru mengerjakan yang lainnya. Lalu sesaat ia memandang keluar jendela, ia melihat seorang gadis yang sepertinya sama dengan yang dilihatnya pagi tadi, saat sedang mencoba untuk mengenalinya, Toni menceletuk “Hai, Ron elu jangan bisa nyuruh doang! Lu juga kan piket sekarang!”

“hah…ah iya, sorry. Cepet-cepet nyapunya entar gw yang buang sampahnya, oke!” ia kaget dan mencoba untuk bersikap santai.
Weleh… weleh.. hari-hari terlewati, minggu demi minggu berlalu dengan perubahan besar yang tampak pada diri Roron di Catur Wulan I kelas 2. Sekarang ia tampak lebih PD, bahkan ke-PD-an. Rambutnya tidak lagi belah pinggir, sekarang rambutnya dicukur, memakai gatsby dan dibuat belah tengah yang selalu tampak basah, dengan sabuk merah dan jam tangan G-Shock hijau. Dan untuk yang satu ini sama dengan yang dulu-dulu bajakan juga………….